Minggu, 24 Mei 2009

Baroedak Pasbent '27

Ditumbuhkan dari ketulusan dan jiwa luhur yang senantiasa kaukantungi:
di sini benak masih menggelitik.
Masih kuingat, menu - menu pelajaran yang kauhidangkan pada kami disertai bumbu - bumbu cerita tentang keindahan dan kesopanan, kini tlah habis tersantap

Hafal - hafalan dan rumus -- rumus serta nasihat laksana peluru - peluru yang kaumasukkan pada senjataku 'tuk jelang masa depan 'gar dapatkan kemenangan tiada tara

Tiga tahun sudah tereguk manisnya kekudusan jiwamu
Kaurajang satu - satu dari kami dengan keputihan hati

Kaugelarkan lipatan - lipatan harap sebagai bekal dalam menyongsong zaman

Tiga tahun sudah tereguk manisnya kekudusan jiwamu
Kini, hanyalah potongan puisi yang dapat kami hadiahkan
Namun, walaupun hanya potongan puisi,

biarlah ini dapat menjadi kenangan bahwa di antara kita pernah terjalin sebentuk kasih

Sahabatku,
Semalam kau berbagi bahagia denganku
Kau bercerita dengan binar mata yang seolah mampu menandingi kilau bintang
Kau bercerita tentang cinta yang datang dengan tidak terduga
Tentang impian usang yang tiba-tiba bersinar menjadi nyata
Dan akupun larut dalam bahagia yang kau rasakan

Sahabatku,
Bahagia yang kau rasa adalah sutra dewangga bagi sukmaku yang miskin dan renta
Bahagiamu adalah kilau ratna mutu manikam bagi jiwaku yang kusam dan lusuh
Bahagiamu adalah mahkota puncak menara gading yang tak akan pernah bisa kugapai dengan tanganku yang lelah..
Bahagiamu, sahabatku.. hanya dapat aku lihat dan kagumi tanpa dapat kurasakan..

Sahabatku,
Aku memejamkan mata dan mencoba membayangkan diriku dalam bahagia yang kau rasa
Mencoba memimpikan dia sebagai cinta yang baru saja engkau raih
Tapi kenapa yang kurasakan adalah perih luka yang belum kering dari belati yang ia hunjamkan?
Kenapa yang ada hanyalah airmata menggenang yang mendidihkan kelopak mataku?


Sahabatku,
Aku bahagia atas bahagiamu
Tapi tanpa dapat aku cegah, hatiku pun berteriak serak atas perih dan getir yang tiba-tiba ia rasakan
Sukmaku sesak sebab kenangan getir akan dirinya bagaikan air bah menerjang kejam
Membanjiri seluruh relung jiwa..
Mengisi kembali setiap celah dengan rindu akan sentuhannya
Menyiksa setiap ujung syarafku dengan kenangan akan dekapnya

Sahabatku,
Aku mencintainya
Sungguh…

For Baroedak'S Pasbent '27

0 Comments:

Post a Comment



Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template