Jumat, 13 Maret 2009

KHILAFAH DALAM CATATAN SEJARAH ISLAM

KHULAFAUR RASYIDIN (11-40 H)

Empat khalifah pertama merupakan perlambang dan tokoh umat, pemimpin sekaligus pelindung dakwah Islam. Merekalah yang memegang kendali Negara Islam sepeninggal Rasulullah saw. Mereka adalah Abu Bakar Sidik, Umar bin Khathab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.

ABU BAKAR SIDIK (11-13 H/632 M)

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah bin Usman bin Amir (51 SH-13 H/573-634 M). Lelaki pertama beriman kepada Rasulullah saw. ini adalah khalifah pertama dan sahabat terdekat Rasulullah saw. sebelum kenabian dan setelah kenabian. Beliau ini banyak mendapatkan kesulitan dan penderitaan, banyak menafkahkan hartanya untuk dakwah dan selalu bersama Rasulullah saw. di Mekah. Beliaulah yang mendampingi Rasulullah saw. saat perjalanan hijrah, saat di gua Tsur dan di banyak kejadian. Beliau dibaiat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Pada masa kekhalifahannya, terjadi peperangan melawan orang-orang murtad dan orang-orang yang memboikot pembayaran zakat.

UMAR BIN KHATHAB (13-23 H/634-644 M)

Nama lengkapnya adalah Umar bin Khatab bin Nufail Al-Qurasyi Al-Adawi (40 SH-23 H/584-644 M) dipanggil dengan Abu Hafsh. Beliau masuk Islam lima tahun sebelum hijrah, dibaiat menjadi khalifah
sepeninggal Abu Bakar r.a. Dialah yang pertama kali dijuluki dengan Amirul Mukminin. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, dia ditugasi menjadi hakim, sekaligus merupakan hakim pertama dalam Islam.
Keadilannya dijadikan sebagai bahan perumpamaan. Beliaulah yang pertama menggunakan Kalender Hijriah sebagai sistem penanggalan Islam dan yang pertama mengadakan pembukuan serta membuat baitulmal. Pada masa kekhalifahannya terjadi penaklukan Syam (Suriah dan sekitarnya), Irak, Yerusalem, Cytesiphon, Mesir, Jazirah Arabia, Khurasan, Sijistan dan Siprus.

USMAN BIN AFFAN (23-35 H/644-656 M)

Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abul `Ash bin Umaiah (47 SH-35 H/577-656 M), berasal dari suku Quraisy keturunan Umaiah. Khalifah ketiga ini lahir di Mekah dan masuk Islam tidak lama setelah kenabian Mahammad saw. Beliau termasuk orang kaya yang terpandang pada masa Jahiliyah. Dia dijuluki dengan Zunnurain “Yang memiliki dua cahaya” karena berhasil mempersuntung dua puteri Nabi saw., Ruqayah dan Umu Kaltsum seteleh Ruqayah meninggal. Beliau termasuk pencatat wahyu. Di antara aktifitasnya yang paling agung adalah memperlengkapi bala tentara pada tahun 9 H untuk menggempur Tabuk, di mana Rasulullah saw. ikut serta dalam peperangan tersebut. Beliau menjadi khalifah sepeninggal Umar bin Khatab. Pada masa kekhalifahannya terjadi penaklukan Armenia, Caucasia, Khurasan, Kerman, Sijistan, Tunisia dan Siprus. Khalifah inilah yang menyempurnakan pengkodifikasian Alquran, yang pertama mengadakan perluasan Masjidilharam dan Mesjid Nabi dan yang pertama membuat sistem kepolisian dan peradilan dalam pemerintahan Islam.

ALI BIN ABU THALIB (35-40 H/656-661 M)

Nama lengkapnya adalah Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi (23 SH-40 H/600-661 M). Khalifah keempat ini adalah keponakan Rasulullah saw. dari Abu Thalib, anak asuh dan juga menantunya. Beliau termasuk pahlawan dalam perang Badar, Uhud, Khaibar, Khandak dan perang Hunain. Beliau dibaiat sebagai khalifah setelah Usman bin Affan syahid terbunuh. Dia termasuk orator
terbesar dan ahli hukum Islam, pernah menjadi komandan dalam perang Jamal, perang Shiffin dan perang Nahrawan.

KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI MUAWIAH (40-132 H/661-750 M)

Mereka adalah khalifah-khalifah Islam dari keturunan Umaiah yang berawal dari Khalifah Muawiah bin Abu Sufyan sampai Khalifah Marwan II. Damaskus adalah ibu kota pemerintahan. Ketika mereka mengalami kekalahan dari Daulat Abasiah pada tahun 132 H/750 M, mereka pindah ke Andalusia dan mendirikan pemerintahan baru di Kota Granada tahun 138 H/756 M. Khalifah pertama Daulat Umawiah di Andalusia ialah Abdur Rahman. Tahun 422 H/1031 M, Daulat ini runtuh akibat perpecahan antara raja-raja dari kabilah-kabilah yang ada di sana.

KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI ABASIAH (132-656 H/750-1259 M)

Khalifah-khalifah yang memegang kendali pemerintahan Islam setelah Daulat Umawiah yang berafiliasi kepada Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Setelah melancarkan propaganda rahasia selama setengah abad, akhirnya pecahlah revolusi Bani Abasiah di wilayah Khurasan di bawah pimpinan Abu Muslim Khurasani tahun 130 H/748 M. Pada zaman merekalah Imperium Islam mencapai puncak kejayaan. Khalifah pertama adalah Abu Abbas Assaffah, kemudian digantikan oleh Abu Jakfar Manshur yang berhasil memadamkan beberapa aksi revolusioner. Beliau memperkuat dasar pemerintahan dan membangun kota Bagdad sebagai ibu kota. Kota yang menjadi saksi akan kebangkitan ilmu pengetahuan,
kebudayaan dan sastera sampai zaman pertengahan. Daulat ini mulai melemah dan pecah menjadi beberapa kerajaan-kerajaan kecil seperti Kerajaan Thuluniah, Ikhsyidiah dan Fatimiah. Serangan Mongol berhasil mengakhiri Daulat Abasiah ini yang ditandai dengan terbunuhnya Muktashim, khalifah Abbasiah terakhir di tangan Holako.

DINASTI RUSTUMIAH (161-288 H)

Merupakan Daulat Khawarij Ibadhiah yang dibangun oleh Abdur Rahman bin Rustum di Afrika Utara dengan menjadikan kota Tahurt yang terletak di Aljazair sebagai pusat pemerintahan.


DAULAT IDRISIAH (172-363 H/788-974 M)

Daulat ini merupakan negara Islam Syiah di Maroko yang dibangun oleh Khalifah Idris bin Abdullah setelah berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Daulat Abasiah. Beliau dapat menguasai ujung Maroko serta Tilmisan. Pusat pemerintahannya pertama kali berada di kota Walili kemudian pindah ke Fez. Daulat ini beberapa kali mendapat serangan dari pasukan Abasiah dan Aghalibah. Negara ini melemah karena perpecahan yang terjadi di dalam, sehingga jatuh ke tangan kekuasaan
Fatimiah. Daulat Bani Hamud di Andalusia merupakan pecahan dari negara ini. Peninggalan arsitekturnya yang terpenting ialah Kota Fez berikut gedung-gedungnya terutama Mesjid Qairawan.

DINASTI AGHALIBAH (184-296 H/800-909 M)

Mereka ini berasal dari keturunan Aghalibah yang pernah berkuasa di Afrika dengan menjadikan Qairawan sebagai ibu kota negara. Negara ini didirikan oleh Ibrahim I, putera Aghlab yang pernah menjabat gubernur pada masa Harun Ar Rasyid. Ibrahim II adalah seorang raja yang berhasil menaklukan Kota Sicilia sedang raja terakhirnya adalah Ziadatullah III. Daulat ini dikalahkan oleh pasukan Abu Abdullah, seorang penganut paham Syiah yang mempropagandakan Daulat Fatimiah. Daulat ini memiliki armada laut yang sangat besar dan terkenal dengan peninggalan bangunan-bangunannya.

DAULAT SHAFARIAH (245-289 H/868-902 M)

Sebuah Daulat yang berkuasa di Khurasan yang didirikan oleh Yakub bin Laits Shafar setelah runtuhnya Daulat Thahiriah. Dia menyerang Bagdad tapi pasukannya dapat dikalahkan oleh tentara Muktamid di
bawah komando saudaranya, Muwafaq pada perang Dir Aqul tahun 262 H/876 M. Pada tahun 879 M beliau digantikan saudaranya, Amru bin Laits yang berhasil merebut hati Khalifah Muktamid dan Muktadhid. Beliau ditawan oleh Ismail bin Ahmad Samani dan diserahkan kepada Muktadhid yang menjatuhkan hukuman mati atas beliau.


BANI THULUNIAH (254-292 H/868-905 M)

Kerajaan ini berkuasa di Mesir dan Suriah, independen dari khalifah-khalifah Abasiah. Kerajaan ini didirikan oleh Ahmad bin Thulun yang kemudian digantikan oleh puteranya, Khumarawaih. Perselisihan-perselisihan yang timbul sepeninggal Khumarawaih membuat kerajaan ini menjadi lemah sehingga dapat ditundukkan oleh Daulat Abasiah. Kemajuan negara ini ditandai dengan renaisanse arsitektur, Mesjid Ibnu Thulun di Kota Kairo adalah sebagian dari peninggalan yang paling penting.

DINASTI SAMANIAH (261-390 H/874-999 M)

Sebuah Daulat Iran yang berafiliasi kepada Saman Khudah yang berkuasa di Khurasan dan kawasan Trans Oceania. Kedaulatan dinasti ini diperkuat oleh Ismail bin Ahmad (892-907 M). Daulat ini berhasil menghancurkan Daulat Shafariah. Pada masa pemerintahan mereka bidang kebudayaan sangat maju sehingga Bukharest dan Samarkand menjadi pusat peradaban Islam yang sangat penting di samping kota Bagdad.

DINASTI HAMDANIAH (317-394 H/929-1003 M)

Sebuah Daulat Arab yang keturunannya banyak mengabdi kepada khalifah-khalifah Abasiah. Mereka diserahkan wewenang menguasai Musol, dataran Arabia (Arab Saudi) yang kemudian berhasil memisahkan diri dan merentangkan wilayah kedaulatannya sampai Suriah utara. Negara ini didirikan oleh Hamdan bin Hamdun, kepala Kabilah Taghlib di Mardin tahun 892 M. Putera dan cucunya, Abdullah dan Saifud Daulah, Emir Halab, berhasil meluaskan daerah kekuasaan Daulat ini. Negara ini akhirnya ditaklukan oleh Daulat Fatimiah.

DINASTI HAMDANIAH (317-394 H/929-1003 M)

Sebuah Daulat Arab yang keturunannya banyak mengabdi kepada khalifah-khalifah Abasiah. Mereka diserahkan wewenang menguasai Musol, dataran Arabia (Arab Saudi) yang kemudian berhasil memisahkan diri dan merentangkan wilayah kedaulatannya sampai Suriah utara. Negara ini didirikan oleh Hamdan bin Hamdun, kepala Kabilah Taghlib di Mardin tahun 892 M. Putera dan cucunya, Abdullah dan Saifud Daulah, Emir Halab, berhasil meluaskan daerah kekuasaan Daulat ini. Negara ini akhirnya ditaklukan oleh Daulat Fatimiah.

KERAJAAN IKHSYIDIAH (323-358 H/935-969 M)

Kerajaan yang didirikan oleh Muhammad bin Tughj ini berdiri di atas puing-puing Kerajaan Thuluniah yang berkuasa di Mesir dan Suriah. Di antara khalifah-khalifahnya yang paling terkenal adalah Washi Kafur. Daulat ini ditaklukan oleh tentara Fatimiah.

DINASTI GHAZNAWIAH (351-582 H/962-1187 M)

Mereka adalah keturunan dari Mamalik Turki yang berkuasa di wilayah timur Iran dan Afghanistan. Daulat ini didirikan oleh Albtigin, seorang pemimpin bangsa Saman. Semula, kota Ghaznah dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Kemudian mereka membangun kota Lahore dan dijadikan sebagai ibu kota Punjab. Daulat ini ditumbangkan oleh tentara Ghuriyin.

DINASTI ZIRIAH (361-547 H/ 972-1152 M)

Mereka berasal dari keturunan Barbar Shanhajah yang diberi wewenang oleh Muiz, khalifah Daulat Fatimiah, untuk berkuasa di Tunis dengan Qairawan sebagai pusat pemerintahannya. Mereka mengafiliasikan diri kepada Ziri bin Mannad, ayah dari Bulukin, pendiri Daulat Ziriah ini. Duhulu mereka tunduk kepada pemerintahan Fatimiah hingga Khalifah Muiz bin Badis yang membelot kepada Daulat Abasiah pada tahun 440 H/1048 M. Oleh Khalifah Mustanshir dari Daulat Fatimiah mengerahkan pasukan yang terdiri dari orang-orang Arab baduwi Bani Hilal dan Bani Salim bin Mansur untuk menumpas gerakan ini, mereka berhasil mengalahkan pasukan ini pada pertempuran Haidran dan berhasil merebut Qairawan, Susah serta Tunis, namun mereka ditundukkan oleh pasukan Daulat Muwahhidin. Pada masa pemerintahan Raja-raja Thawaif, sebagian khalifah Daulat ini pernah berkuasa di Granada sampai diusir oleh tentara Yusuf bin Tasyfin.

DINASTI BANI HAMMAD (405-547 H/1015-1152 M)

Para pemimpin Daulat yang berkuasa di Maroko Tengah ini berasal dari keturunan Barbar Shanhajah, kemenakan Bani Ziri. Negara ini didirikan pertama kali oleh Hammad bin Bulukin yang membangun Benteng Bani Hammad sebagai pusat pemerintahannya serta berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kemenakan-kemenakannya dari Bani Ziri. Pasukan Muwahhidin berhasil menaklukan Daulat Bani Hammad ini berikut dengan Daulat Ziriah.

DINASTI MURABITHIN (448-541 H/1056-1146 M)

Keturunan Barbar dari suku Limtunah ini adalah salah satu kabilah Shanhajah yang berhasil mendirikan sebuah Daulat Islam di Maroko yang wilayah kekuasaannya mencakup Maroko, Andalusia serta Tunisia Utara. Mereka ini dijuluki dengan julukan pemakai tameng dan Murabithin karena mereka tinggal di tempat-tempat terpencil (rubat) untuk beribadah. Yusuf Tasyfin adalah pimpinan mereka yang paling terkenal. Dia berhasil membangun kota Marakech dan menjadikannya sebagai ibu kota, berhasil mengalahkan tentara Eropah serta mengakhiri kekuasaan Raja-raja Thawaif. Beliau mewariskan
kepemimpinan negara yang luas dan kuat ini kepada puteranya Ali akan tetapi akhirnya dapat dikalahkan juga oleh tentara Muwahhidin.

DINASTI MUWAHHIDIN (515-667 H/1121-1269 M)

Sebuah Daulat Syiah di Maroko yang dibangun pertama kali oleh Mahdi bin Tumart setelah runtuhnya Daulat Murabithin. Daulat ini berkuasa di Maroko dan melakukan ekspansi kekuasaan sampai ke Andalusia. Negara ini menemui kehancurannya setelah Perang Iqab tahun 609 H/1212 M.

DINASTI MARINIAH (591-873 H/1195-1468 M)

Mereka adalah keturunan Suku Barbar yang berkuasa di Maroko. Daulat ini didirikan oleh Abdul Haq Al-Marini setelah tumbangnya Daulat Muwahhidin. Istana negara yang dibangun di Kota Fez merupakan istana terindah, pada masa kekuasaan merekalah muncul beberapa orang ilmuan seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Khatib dan Ibnu Battutah. Universitas Qarawiyin yang ada di Kota Fez adalah salah satu dari peninggalan Daulat ini.

DINASTI HAFASHIAH (627-982 H/1229-1574 M)

Mereka ini berasal dari keturunan Suku Barbar di Maroko yang berkuasa di Tunis. Daulat ini dibangun oleh Abu Zakaria Yahya, cucu Abu Hafash. Beliau memutuskan hubungan dengan Daulat Muwahhidin dan
berkuasa secara independen di Tunisia. Tentara Turki Usmani berhasil menumbangkan Daulat ini.

DINASTI SA`DIAH (947-1071 H/1540-1660 M)

Khalifah-khalifah Daulat ini berasal dari keturunan bangsa Sus yang berkuasa di Maroko setelah berhasil menumbangkan kekuasaan raja-raja Wathasiah. Pada awalnya, pusat pemerintahan berada di Kota Fez tetapi kemudian pindah ke kota Marakesh. Daulat ini didirikan oleh Muhammad Syekh Mahdi. Beberapa buah istana yang terdapat di Kota Marakesh merupakan bagian penting dari peninggalan Daulat Sa`diah ini.

KHALIFAH-KHALIFAH DINASTI FATIMIAH (909-1171 M)

Sebuah dinasti yang berasal dari keturunan Ali bin Abu Thalib dengan Fatimah yang berhasil mendirikan sebuah negara di Tunisia yang dapat bertahan sampai 14 khalifah dengan Ubaidillah Al Mahdi sebagai pendirinya. Pada masa Khalifah Muiz, negara ini mencapai puncak ekspansinya dengan menundukkan semua kawasan Afrika utara ke dalam wilayah negaranya. Dialah yang mengirim panglima Jauhar As-Siqili, untuk menundukkan Mesir tahun 969 M., membangun Kota Kairo dan menjadikannya menjadi pusat pemerintahan. Khalifah Muiz pindah ke kota tersebut dan berhasil melebarkan sayap pengaruhnya sampai ke Suriah, Lebanon dan Palestina. Khalifah terakhir Dinasti ini ialah Adhid yang dibantu oleh Shalahuddin Ayubi sebagai perdana menteri yang diberi kebebasan bertindak dalam mengatur urusan-urusan kerajaan yang pada akhirnya Shalahuddin berhasil menggulingkan Daulat Fatimiah. Kota Kairo dan Universitas Al-Azhar merupakan peninggalan arsitektur dan kebudayaan terpenting dari Daulat ini.

DAULAT AYUBIAH (1174-1249 M)

Sebuah Daulat keturunan Kurdi yang didirikan oleh Shalahuddin dan diafiliasikan kepada bapaknya Ayub bin Syazdi. Daulat ini pernah menguasai Mesir, Suriah dan Yaman, merekalah yang berhasil melakukan konfrontasi dengan pasukan Salib dan memasukkan faham suni ke Mesir.

DINASTI BANI RASUL (1229-1454 M)

Sebuah Daulat yang berkuasa di Yaman. Daulat ini didirikan oleh Umar bin Ali di Ta`iz dan diperkuat oleh puteranya, khalifah Yusuf. Daulat ini ditaklukan oleh Bani Thahir.

DINASTI MAMALIK (1250-1517 M)

Mamalik berasal dari budak orang-orang Turki, Sirkassia dan Mongol yang diangkat menjadi prajurit militer oleh Daulat Ayubiah kemudian mereka berhasil merebut kekuasaan lalu mendirikan dua kerajaan Mamalik masing-masing Mamalik Laut (Bahriah) dan Mamalik Atas (Burjiah). Beberapa sultan dari Daulat ini berhasil memperluas kekuasaannya sampai ke Suriah serta daerah-daerah kawasan Asia Kecil dan melawan pasukan Salib dan Mongol. Ketika tentara Usmani berhasil menghancurkan kerajaan mereka, pemimpin-pemimpinnya tetap merupakan kekuatan dan sumber kekacauan serta fitnah sampai Muhammad Ali berhasil menumpas mereka pada peristiwa pembantaian Qal`ah tahun 1811 M. Meskipun zaman pemerintahan mereka tersohor dengan kondisi politik yang anarkhis tapi mereka berhasil meninggalkan berbagai peninggalan penting seperti bangunan-bangunan mesjid, sekolah, pusara dan panti-panti asuhan terutama di Kota Kairo.

SULTAN-SULTAN DINASTI USMANI (1281-1924 M)

Daulat Turki ini didirikan oleh Usman I pada tahun 1281 M. Daulat ini dibangun di bawah reruntuhan Daulat Bani Saljuk di kawasan Anatolia. Pemerintahannya meliputi daerah Balkan, negara-negara Arab serta Afrika. Pada tahun 1453 M, Muhammad Fatih berhasil menaklukan kota Konstantinopel, lalu menjadikan kota itu sebagai pusat pemerintahan, kemudian berhasil meruntuhkan Byzantium. Pemerintahan Islam setelah itu pindah ke tangan Sultan Salim I. Beliau dapat menghancurkan Daulat Mamalik dan berhasil menguasai Suriah, Palestina dan Mesir tahun 1517 M. Sultan Salim I digantikan oleh puteranya, Sulaiman Qanuni yang berhasil memperkokoh unsur-unsur pertahanan negara kemudian meluaskan pengaruhnya ke berbagai negeri-negeri Islam dan Arab sampai ke Afrika. Pada masa pemerintahannya Daulat ini mencapai puncak keemasan, di mana negara memiliki armada laut dan angkatan bersenjata yang kuat. Pada abad ke-17 M Daulat ini mulai mengalami kemunduran dan pengaruhnya di Balkan sedikit demi sedikit berkurang, seiring dengan semakin kuatnya tentara Rusia pada abad ke-18 M. Pada abad ke-19 muncul berbagai gerakan kemerdekaan, di mana posisi Muhammad Ali di Mesir semakin kuat, Yunani berhasil memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1830 M, diikuti dengan kemerdekaan Romania dan Serbia. Dalam Perang Dunia I pihak Turki Usmani bersekutu dengan Jerman, sehingga kekalahan Jerman mengakibatkan terpecah-belahnya Daulat Usmani serta diproklamirkannya Republik Turki di bawah pimpinan Kemal Ataturk pada tahun 1924 M.

EMIRAT MA`NIAH (1516-1697 M)

Negara ini dikuasai oleh emir-emir Lebanon yang berkuasa di Syuf yang berhasil meluaskan pengaruhnya sampai ke seluruh wilayah Lebanon termasuk beberapa kawasan di Suriah dan Palestina. Di antara emirnya yang terkenal adalah Qurqumaz, Fakhruddin II dan Ahmad. Di waktu pemerintahan Emir Ahmad inilah kerajaan ini mengalami kemundurannya yang berakhir dengan Konferensi Samqaniah pada tahun 1697 M, di mana pemerintahan beralih kepada Daulat Syihabiah.

ATABIKAH

Atabik ialah suatu gelar yang diberikan oleh Bani Saljuk kepada para pembesar istana, menteri dan panglima perang. Sebagian Atabik ini berhasil mengambil alih kekuasaan, sehingga pada abad ke-12 M lahirlah beberapa kerajaan kecil di dataran Persia dan Syam yang berkuasa cukup lama. Atabik yang paling terkenal adalah atabik Azerbaijan dan Persia.

DINASTI ALAWIAH DI MAROKO

Mereka merupakan Daulat yang memerintah di Maroko menggantikan raja-raja Sa`diah. Daulat ini didirikan oleh Syarif Muhammad bin Ali kemudian diperkuat oleh Rasyid, puteranya, dengan menundukkan kota Fez pada tahun 1666 M.

DINASTI BANI SALJUK

Sebuah Daulat dari Turkman, anak-cucu Saljuk, di mana beberapa cabang keturunannya pernah berkuasa di Iran, Asia Kecil, Irak dan Suriah pada abad ke-11 dan 13 M. Daulat ini berhasil mengalahkan raja-raja Dinasti Buwaihiah. Kemudian Daulat ini dihancurkan oleh Jengis Khan dan sekutunya

PERJAN DALAM CATATAN SEJARAH ISLAMJIAN

KONSTITUSI MADINAH (1 H./622-623 M.)

Rasulullah saw. mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar dan meletakkan dasar-dasar sosial Islam yang ditulisnya dalam sebuah buku Aturan Dasar Madinah.
PERDAMAIAN HUDAIBIAH (6 H./628 M.)
Rasulullah saw. bersama kurang lebih 1.400 sahabat berangkat menuju kota Mekah untuk melaksanakan umrah. Warga Mekah bersepakat untuk menahan rombongan damai yang datang tersebut dan mencegahnya dari melaksanakan ibadah. Rasulullah saw. sampai di Hudaibiah (9 mil dari kota Mekah) dan mengutus Usman bin Affan ra. menemui bangsa Quraisy untuk menegaskan bahwa Rasulullah saw. dan para sahabatnya datang dengan cara damai untuk berziarah ke Kakbah, namun mereka menahan Usman ra. yang mendorong Rasulullah saw. untuk menyiapkan pasukan guna menggempur mereka. Usaha untuk menengahi antara kedua belah pihak berakhir dengan penandatanganan Perdamaian Hudaibiah antara pihak Quraisy dengan Rasulullah saw. Di antara butir-butir Perdamaian tersebut adalah; mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun, kaum muslimin harus kembali (tidak melaksanakan umrah) pada tahun ini dengan catatan boleh datang tahun depan untuk melaksanakan umrah. Adapun hasil-hasil yang dapat diambil dari Perdamaian Hudaibia h, adalah :bahwa perjanjian tersebut telah memberikan peluang bagi agama Islam untuk berkembang di kawasan Jazirah Arabia dan sekitarnya.

PERDAMAIAN RAMALLAH (588 H./1192 M.)

Dalam perang Salib III, Kaisar Fredrik Barbarosa mati tenggelam di Asia Kecil dalam perjalanan menuju Suriah. Hal itu memungkinkan Shalahuddin untuk mengalahkan pasukan Salib dalam perang Khittiin, di saat konflik antar raja Prancis dan Richard (Lion Head) dari Inggris sedang berkobar. Richard tidak menemukan adanya alternatif selain mengadakan perundingan damai. Dari sini, ditandatanganilah perjanjian damai Ramallah pada tahun 588 H/1192, masing-masing oleh Richard dan Shalahuddin. Dengan perjanjian ini, umat Islam berhasil mengembalikan Yerusalem.

PERDAMAIAN YAFA (626 H./1228-1229 M.)

Perundingan berlangsung antara Raja Kamil dan Raja Fredrik II, Komandan Pasukan Salib VI yang berakhir dengan suatu kesepakatan yang dikenal dengan Perdamaian Yafa. Perjanjian damai itu berlaku untuk masa sepuluh tahun dan berisi bahwa orang-orang Kristen mengambil-alih kota Yerusalem, sedangkan Baitulmakdis dan Masjidilaksa tetap berada di tangan umat Islam yang pengurusannya dipegang oleh orang-orang Islam sendiri dan mereka bebas melaksanakan ajaran-ajaran Islam di dalamnya.

PERJANJIAN ALEXANDRIA (21 H.)

Yang menandatangani perjanjian ini adalah Amru bin `Ash, panglima tentara Islam dan Mukaukis, gubernur Mesir. Perjanjian ini berisi peringatan terhadap tentara Bizantium untuk meninggalkan Alexandria dalam tempo satu tahun, pemberian jaminan kebebasan beragama bagi penduduk Alexandria dengan syarat membayar jizyah (sejenis upeti) setiap tahun.

PERJANJIAN ANTARA GRANADA DAN ARAGON (721 H./1321-1322 M.)

Abul Walid Ismail bin Farag bin Nasr, Raja Granada di Andalusia, mengadakan perjanjian persahabatan dan kerja sama dengan Khaimi II, Raja Aragon, untuk masa waktu lima tahun.
PERJANJIAN ANTARA RAJA ADIL DENGAN AMURI, PENGUASA YERUSALEM (600 H./1203-1204 M.)
Raja Adil dan Amuri II, penguasa Yerusalem masing-masing menandatangani perjanjian damai untuk masa enam tahun, di mana raja Adil harus melepaskan kekuasaan atas kota Sida dan Lid.

PERJANJIAN APRIL 1919 M.

Perjanjian in ditandatangani oleh pihak Italia dan Sulaiman Baruni, Pemimpin Gerakan Nasional Libia. Dalam perjanjian itu, Italia mengakui kemerdekaan Tripoli dan berhak mengatur urusan dalam negerinya.

PERJANJIAN BABILONIA KEDUA (20 H./641 M.)

Setelah kematian Heraclius, Kirus kembali menduduki jabatannya di Mesir dan kembali mengadakan perundingan dengan orang-orang Islam dan menandatangani perjanjian Babilonia Kedua. Secara garis besar butir-butir perjanjian itu berisikan keharusan Romawi angkat kaki dari Alexandria dan menyerahkan Mesir kepada kaum Muslimin.

PERJANJIAN BABILONIA PERTAMA (20 H./641 M.)

Setelah peristiwa Heliopolis (Ain Syams) yang berakhir dengan kemenangan tentara Islam yang ditandai dengan menyerahnya pasukan Romawi yang terkepung dalam benteng Babilonia, Kirus (Mukaukis), penguasa Bizantium terpaksa menandatangani rancangan perdamaian untuk mengakhiri perang. Kirus segera berangkat menuju kota Konstantinopel guna mengajukan rancangan perjanjian tersebut kepada Kaisar Heraclius. Heraclius menolak rancangan perjanjian tersebut, malah menuduh Kirus berkhianat, lalu mengasingkannya.

PERJANJIAN DAMAI ANTARA AIBAK DAN LOUIS IX (648 H./1250-1251 M.)

Perdamaian antara Raja Louis IX, penguasa Prancis, dengan Raja Izzuddin Aibak, berakhir dengan penandatanganan persetujuan damai untuk masa lima tahun. Perjanjian itu mencakup; pembebasan Raja Louis yang tertawan dengan membayar tebusan sebesar 300.000 dinar serta meninggalkan kota Damietta dan membebaskan tawanan umat Islam sebagai imbalan dari pembebasan tawanan tentara salib.

PERJANJIAN DAMAI DENGAN ROMAWI (305 H./917-918 M.)

Duta Besar Kaisar Kostantin VII datang ke Baghdad untuk meminta perjanjian damai. Dia disambut oleh khalifah dan beberapa orang pengikut beliau di istana negara dalam sebuah pesta besar yang memakan biaya cukup banyak.

PERJANJIAN LUZAN 1912 M.

Dalam perjanjian itu diperoleh kesepakatan antara Daulat Usmani dan Italia untuk mengumumkan gencatan senjata di Libia secara bersama, penguasa Usmani mengundurkan diri dari hak-haknya di Libia dan memberikan kemerdekaan internal kepada Tripoli dan Baraka, sementara kekuasaan Sultan hanya bersifat formalitas.

PERJANJIAN SANT PETRUS BERG (1325 H.)

Pada masa pemerintahan Abdul Rahman, cucu Dost Muhammad, tekad Gerakan Nasional Afganistan melawan Inggris menjadi semakin menggelora. Dalam konflik itu Rusia ikut campur tangan, namun berakhir dengan penandatanganan perjanjian Sant Petrus Berg tahun 1325 H. Dengan perjanjian itu kemerdekaan Afganistan diakui.

PERJANJIAN SHALAHUDDIN DENGANKAISAR ROMAWI (585 H./1189-1190 M.)

Ketika Shalahuddin Ayyubi mengetahui rencana ekspansi Salib III, beliau segera mengadakan perjanjian dengan Ishaq II Anglos, Kaisar Romawi. Perjanjian itu mencakup Shalahuddin harus mengembalikan 190 tawanan perang kepada pihak Bizantium, sedangkan Kaisar harus melindungi komunitas Muslim yang berada di Konstantinopel, memelihara mesjid tua yang terdapat di kota itu dan melindungi pelaksanaan salat di dalamnya.

PERJANJIAN TAFNA (1252 H./1837 M.)

Perjanjian ini terjadi antara warga Aljazair di bawah pimpinan Abdul Kadir Aljazairi di satu pihak, dengan Prancis di pihak lain. Dengan perjanjian ini, Prancis mengakui kekuasaan Abdul Kadir atas Aljazair barat, dan sebaliknya, Abdul Kadir mengakui kekuasaan Prancis atas beberapa daerah yang berada di bawah kekuasaannya.

PERJANJIAN UNTUK TIDAK SALING MENYERANG (1 H./622-623 M.)

Rasulullah saw. menunjukkan toleransi yang tinggi dalam pergaulannya dengan orang-orang Yahudi di Madinah. Beliau menandatangani sebuah perjanjian bersama mereka untuk tidak saling menyerang dan agar orang-orang Yahudi turut membantu dan mempertahankan Madinah dari segala ancaman yang datang dari luar. Akan tetapi orang-orang Yahudi melanggar perjanjian tersebut.

;;
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template